Beritagosip.com – Bursa Saham New York atau Wall Street kembali mengalami kejatuhan besar pada perdagangan Jumat (4/4/2025) waktu setempat. Hal ini terjadi setelah pemerintah China resmi membalas kebijakan tarif Presiden Donald Trump dengan memberlakukan tarif baru terhadap produk asal Amerika Serikat.
Langkah tersebut langsung memicu kekhawatiran serius akan pecahnya perang dagang global yang berisiko membawa ekonomi dunia ke jurang resesi.
Aksi jual terjadi di hampir seluruh sektor saham. Hanya 14 saham dalam indeks S&P 500 yang ditutup di zona hijau. Indeks utama lainnya pun jatuh ke titik terendah sesi perdagangan hari itu.
Dow Jones Industrial Average merosot tajam sebesar 2.231,07 poin atau 5,5 persen. Indeks ini ditutup di posisi 38.314,86 dan mencatatkan penurunan harian terbesar sejak pandemi Covid-19 pada Juni 2020.
Penurunan tersebut terjadi setelah Dow anjlok 1.679 poin pada Kamis sebelumnya. Ini menjadi pertama kalinya dalam sejarah, Dow mencatatkan penurunan lebih dari 1.500 poin selama dua hari berturut-turut.
Indeks S&P 500 juga mengalami pelemahan besar. Indeks tersebut jatuh 5,97 persen ke level 5.074,08. Angka ini merupakan penurunan harian terdalam sejak Maret 2020. S&P 500 juga telah kehilangan lebih dari 17 persen dari level puncaknya baru-baru ini.
Secara mingguan, indeks S&P 500 jatuh 9 persen — menjadi penurunan mingguan terburuk sejak awal krisis pandemi pada tahun 2020.
Nasdaq Composite, yang didominasi oleh saham teknologi, juga tidak luput dari tekanan. Indeks ini anjlok 5,8 persen ke angka 15.587,79 setelah sehari sebelumnya terpuruk hampir 6 persen. Secara total, Nasdaq telah kehilangan 22 persen sejak puncaknya pada Desember 2024.
Pada hari Jumat, Kementerian Perdagangan China mengumumkan tarif sebesar 34 persen atas seluruh produk impor dari AS. Kebijakan itu membuat investor kecewa karena sebelumnya ada harapan bahwa Tiongkok akan memilih jalur diplomasi sebelum mengambil langkah balasan.
Sektor teknologi menjadi korban paling parah dalam kekacauan pasar ini. Saham Apple anjlok 7 persen, dan mencatatkan penurunan mingguan hingga 13 persen. Saham Nvidia juga merosot 7 persen, sedangkan Tesla jatuh lebih dalam hingga 10 persen. Ketiga perusahaan tersebut memiliki eksposur besar terhadap pasar China, sehingga paling terdampak oleh kebijakan balasan dari Beijing.
Tak hanya sektor teknologi yang terpukul, perusahaan ekspor besar seperti Boeing dan Caterpillar juga terkena imbas. Saham Boeing turun 9 persen, dan Caterpillar melemah hampir 6 persen, keduanya turut menyeret indeks Dow turun lebih jauh.
Emily Bowersock Hill, CEO dan pendiri Bowersock Capital Partners, mengatakan bahwa pasar bullish telah berakhir. Ia menilai penyebab utama kejatuhan ini adalah kebijakan yang lahir dari ideologi dan luka buatan sendiri.
“Meski pasar mungkin sedang mendekati titik terendah dalam jangka pendek, kami khawatir akan dampak jangka panjang dari perang dagang global terhadap pertumbuhan ekonomi dunia,” ujar Hill menutup komentarnya.