Beritagosip.com – Di tengah gempuran bom Israel yang tiada henti, warga Palestina di Gaza ramai mengunggah pesan perpisahan di media sosial. Mereka menulis seolah itu adalah kata-kata terakhir mereka kepada dunia, mempersiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.
Media Sosial Jadi Tempat Pesan Terakhir
Sejak serangan Israel kembali memanas Oktober 2023 lalu, warga Gaza telah menjadikan media sosial sebagai ruang bertahan—untuk berbagi kisah, dokumentasi, dan kini, ucapan selamat tinggal. Dalam 24 jam terakhir, lonjakan unggahan penuh keputusasaan membanjiri platform seperti X dan Instagram.
Salah satunya adalah video dari Nour, seorang wanita Gaza, yang menunjukkan gedung di sekitarnya hancur dibom, dengan keterangan: “Sepertinya kami tidak akan selamat kali ini.”
“Kami Tahu Dunia Sudah Mengecewakan Kami”
Jurnalis Abdallah Alattar dari Rafah menulis: “Sepertinya kita tidak akan berhasil kali ini.”
Abubaker Amed, jurnalis olahraga dari Deir al-Balah, menambahkan: “Warga Gaza tahu dunia sudah mengecewakan mereka. Pembunuhan hanyalah soal waktu.”
Lebih dari sekadar kekerasan, blokade terhadap makanan dan obat-obatan menyebabkan kelaparan parah di Gaza. Seorang warga menulis: “Bom di atas, kelaparan di bawah, Gaza menderita. Dunia harus bertindak SEKARANG!”
Serangan Terdahsyat Sejak Maret
Pada Kamis (3/4/2025), tercatat 112 warga Palestina tewas dalam sehari—angka tertinggi sejak Israel kembali menggempur Gaza pertengahan Maret. Rumah, rumah sakit, dan tempat pengungsian tidak luput dari serangan.
“Saya Bukan Sekadar Angka”
Unggahan Dr. Hamza Alsharif, dokter di Rumah Sakit Al-Aqsa, menuliskan:
“Jika saya meninggal, saya bukan sekadar angka. Saya adalah planet itu sendiri, punya mimpi dan ambisi. Jangan lupakan saya.”
Omar Hamad, penulis dan apoteker, juga menulis pesan perpisahan:
“Saya tak tahu apa lagi yang perlu Anda lihat agar bertindak—bukan untuk kami, tapi untuk hati nurani Anda.”
Wartawan Jadi Sasaran
Wartawan Hossam Shabat, 23 tahun, tewas akibat serangan udara. Ia sebelumnya sudah menulis:
“Jika Anda membaca ini, berarti saya telah dibunuh. Mungkin menjadi sasaran.”
Kata-katanya mengingatkan pada Refaat Alareer, akademisi Palestina yang tewas Desember lalu dan puisinya “Jika Aku Harus Mati” menjadi simbol harapan dan perlawanan.
Dunia Masih Diam?
Meski tekanan internasional meningkat, dukungan politik terhadap Israel tetap kuat. Pemerintahan Donald Trump bahkan meloloskan penjualan senjata senilai USD 3 miliar tanpa tinjauan kongres. Upaya Senator Bernie Sanders untuk memblokir penjualan senjata tambahan senilai USD 8,8 miliar gagal, hanya didukung 15 senator.