Harga Emas Dunia Hancur Lebur, Ini Biang Keroknya
Beritagosip.com – Harga emas dunia mengalami keterpurukan selama empat hari berturut-turut. Penyebab utamanya adalah sinyal negosiasi tarif antara China dan Amerika Serikat (AS) serta lonjakan imbal hasil obligasi AS 10 tahun.
Pada perdagangan Jumat (2/5/2025), harga emas tercatat melemah tipis 0,01% ke level US$3.240,08 per troy ons. Penurunan ini memperpanjang tren negatif yang telah berlangsung sejak puncaknya di US$3.500,05 pada 22 April 2025 dalam sesi intraday.
Sinyal Negosiasi Tarif China-AS
China menyatakan sedang mengevaluasi pendekatan AS untuk memulai perundingan dagang. Langkah ini bisa membuka jalan bagi dua ekonomi terbesar dunia untuk meredakan ketegangan tarif yang mengguncang pasar global.
Pejabat tinggi AS telah menghubungi pihak China beberapa kali melalui jalur tidak langsung. Tujuannya adalah memulai pembicaraan tentang tarif. Pernyataan resmi dari Kementerian Perdagangan China menegaskan bahwa Beijing menuntut penghapusan semua tarif sepihak oleh AS.
“Jika AS ingin berunding, mereka harus menunjukkan ketulusan dan memperbaiki praktik yang salah,” bunyi pernyataan China.
Presiden Donald Trump telah mengenakan tarif hingga 145% terhadap produk impor dari China. Sebagai balasan, China juga mengenakan tarif 125% atas barang AS. Kedua negara berusaha meminimalkan dampak ekonomi melalui pengecualian untuk produk tertentu.
Ketangguhan Pasar Tenaga Kerja AS
Laporan ketenagakerjaan AS bulan April menunjukkan perlambatan pertumbuhan lapangan kerja. Namun, tingkat pengangguran tetap stabil di angka 4,2%. Data ini meredakan kekhawatiran resesi setelah PDB AS menyusut akibat lonjakan impor.
Gaji non-pertanian naik 177.000 pekerjaan pada April, sedikit di bawah angka Maret yang direvisi menjadi 185.000. Perawatan kesehatan menjadi sektor penyumbang terbesar, dengan tambahan 51.000 pekerjaan.
Sektor transportasi dan pergudangan juga mengalami kenaikan signifikan sebesar 29.000 pekerjaan. Kenaikan ini dipicu oleh arus masuk impor yang melonjak di awal tahun.
Sikap The Fed Soal Suku Bunga
The Federal Reserve belum melihat alasan kuat untuk menurunkan suku bunga. Mereka masih menunggu inflasi mendekati target 2% atau tanda-tanda pelemahan signifikan di pasar kerja.
Meski data PDB negatif dan inflasi melambat, The Fed tetap mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50%. Sebagian investor berharap pemotongan suku bunga terjadi pada bulan Juni. Namun, risiko inflasi jangka pendek yang tinggi membuat keputusan itu belum pasti.
Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE), tidak termasuk energi dan makanan, turun menjadi 2,6% pada Maret. Sebelumnya, angka ini berada di 3% pada Februari.
Imbal Hasil Obligasi AS Naik
Obligasi Treasury AS 10 tahun mencatat kenaikan selama tiga hari. Pada Jumat (2/5/2025), imbal hasilnya mencapai 4,31%.
Suku bunga tinggi mengurangi daya tarik emas batangan karena tidak menghasilkan bunga. Hal ini membuat investor berpaling dari aset safe haven seperti emas.
“Dengan lemahnya permintaan safe haven, harga bisa terus tertekan. Potensi penembusan support minggu ini berada di sekitar US$3.200,” kata Fawad Razaqzada, analis pasar dari City Index dan FOREX.com.

Info terbaru di Whatsapp Channel