Beritagosip.com – Perusahaan mode mewah asal Inggris, Burberry, mengumumkan rencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 1.700 karyawan secara global pada 2027. Jumlah tersebut setara dengan 18 persen dari total tenaga kerja perusahaan di seluruh dunia.
Keputusan ini diambil sebagai bagian dari strategi efisiensi dan pemulihan kinerja bisnis Burberry yang tengah mengalami tekanan berat.
Dalam laporan keuangan yang dirilis pada Rabu (15/5/2025), Burberry mengungkapkan bahwa kebijakan ini terkait dengan kerugian senilai £3 juta (US$4 juta) atau setara Rp66,17 miliar (dengan asumsi kurs Rp16.544 per dolar AS) hingga akhir Maret 2025.
Selain kerugian, perusahaan juga mencatat penurunan pendapatan tajam dibandingkan periode sebelumnya. Dalam pernyataan resmi, Burberry menegaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, profitabilitas, dan kelincahan operasional.
“Perubahan ini bertujuan meningkatkan kelincahan, efisiensi, dan profitabilitas perusahaan,” tulis Burberry dalam keterangannya.
Perusahaan legendaris yang berdiri sejak 1856 tersebut menargetkan penghematan tahunan senilai £100 juta atau sekitar Rp2,2 triliun hingga 2027.
Menariknya, meskipun laporan keuangan menunjukkan kerugian, saham Burberry justru naik lebih dari 9 persen pada perdagangan Rabu pagi setelah laporan itu dirilis.
Tantangan Global dan Strategi Pemulihan
Burberry bukan satu-satunya merek fesyen besar yang menghadapi tantangan dalam beberapa tahun terakhir. Secara global, belanja barang mewah menurun. Sejak mencapai puncaknya pada April 2023, saham Burberry telah anjlok sebesar 66 persen.
Perusahaan juga mencatat bahwa ketidakpastian ekonomi global akibat situasi geopolitik turut memengaruhi performa bisnis, meskipun tidak dijelaskan secara rinci penyebabnya.
CEO Burberry, Joshua Schulman, menyatakan bahwa perusahaan masih berada pada fase awal pemulihan. Sejak menjabat pada tahun lalu, ia telah berfokus pada produk-produk ikonik Burberry seperti jaket trench dan syal, serta melakukan penyesuaian harga pada produk tas dan sepatu untuk memperluas pasar konsumen.
Menurut Susannah Streeter, Analis Senior di Hargreaves Lansdown:
“Burberry tengah menghadapi tekanan berat di segmen pasar menengah barang mewah. Merek ini tidak sekuat para pesaingnya di segmen ultra-luxury, sementara konsumen kini lebih berhati-hati dalam membelanjakan uang.”

Info terbaru di Whatsapp Channel