Strategi Mayapada Healthcare Hadapi Inflasi Medis dan Tantangan SDM Kesehatan

Navin Sonthalia

Beritagosip.com Mayapada Healthcare telah menyusun sejumlah langkah strategis guna menghadapi tekanan inflasi medis yang dapat memicu lonjakan biaya pelayanan kesehatan di masa mendatang.

Presiden Direktur sekaligus CEO Mayapada Healthcare, Navin Sonthalia, mengungkapkan bahwa inflasi pada tarif layanan kesehatan akan terus terjadi.

Fenomena tersebut turut dipengaruhi oleh kondisi global, seperti kebijakan tarif resiprokal dari Presiden Amerika Serikat saat itu, Donald Trump, serta ketegangan perang dagang dengan China.

“Upaya kami fokus agar biaya pengobatan tidak mengalami kenaikan besar. Jika pun naik, kami pastikan kenaikannya ringan dan terkendali, tidak setara dengan laju inflasi,” ujarnya dalam sebuah wawancara eksklusif.

Navin menambahkan bahwa usaha tersebut sangat penting karena jika layanan rumah sakit tidak optimal di dalam negeri, maka masyarakat akan memilih berobat ke luar negeri.

“Harga terlalu tinggi pasti mendorong pasien untuk pergi ke Penang atau negara lain,” lanjutnya.

Selain itu, persaingan antar rumah sakit di Indonesia berlangsung ketat, meskipun jumlah dokter yang tersedia masih terbatas.

Agar tetap kompetitif, rumah sakit dituntut untuk menghadirkan solusi yang inovatif. “Rumah sakit harus bisa lebih ekonomis, efisien, efektif, dan produktif,” jelas Navin.

Saat ini, Mayapada Healthcare juga menerapkan manajemen biaya yang solid, serupa dengan praktik yang dijalankan oleh para pesaing.

Navin menekankan bahwa persoalan inflasi medis dan kenaikan tarif layanan menjadi isu umum bagi semua rumah sakit, bukan hanya Mayapada Healthcare.

“Isu ini dirasakan oleh seluruh pelaku industri rumah sakit,” tegasnya.

Menjaga Mutu SDM Kesehatan

Mayapada Healthcare pun terus berkomitmen menjaga kualitas sumber daya manusia, khususnya para tenaga medis dan tenaga kesehatan lainnya.

Navin menjelaskan bahwa secara umum, jumlah dokter spesialis di Indonesia belum memadai jika dibandingkan dengan populasi yang ada.

Bahkan, jumlahnya masih kalah dari negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura.

Ia menyebut bahwa satu dokter bisa praktik di beberapa fasilitas kesehatan, selama memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di tempat tersebut.

Namun, menurutnya, para dokter juga sangat mempertimbangkan tempat kerja yang memiliki sarana prasarana yang baik serta budaya kerja yang mendukung.

“Fasilitas dan lingkungan kerja yang mereka cari, ya kami sediakan. Permintaan alat juga kami penuhi,” ucap Navin.

Ia mengungkapkan bahwa para dokter di Indonesia membutuhkan pelatihan terkini guna meningkatkan kompetensinya.

Melalui kerja sama strategis dengan Apollo Hospitals di India, Mayapada Healthcare menyediakan program pelatihan langsung di India untuk para dokternya.

“India memiliki populasi 1,6 miliar. Kasus medis di sana bisa lima hingga sepuluh kali lipat dari Indonesia. Ini memberikan pengalaman klinis yang luas bagi para dokter kami,” jelasnya.

Program pelatihan ini tidak hanya diperuntukkan bagi dokter, tetapi juga mencakup perawat.

Langkah ini menjadi bagian dari strategi mempertahankan tenaga medis unggulan, terutama di tengah persaingan sektor kesehatan yang kian dinamis.

Navin menyatakan bahwa peningkatan kompetensi tidak selalu berkaitan dengan uang atau insentif finansial.

“Semua ini bukan cuma soal uang atau guarantee fee. Banyak yang tertarik meningkatkan keahlian,” katanya.

Secara umum, ia menilai jumlah dokter dan perawat di Indonesia masih belum sebanding dengan kebutuhan nasional.

“Kalau mau jujur, memang susah mencari tenaga medis di Indonesia,” pungkas Navin.

WhatsApp Channel Banner

Info terbaru di Whatsapp Channel

Kembali ke atas