IHSG Naik 0,34% di Tengah Ancaman Perlambatan Ekonomi Global dan Domestik

IHSG

Beritagosip.com Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menutup perdagangan hari ini, Rabu (4 Juni 2025), di zona hijau. IHSG naik 0,34% atau 24,21 poin dan berakhir di posisi 7.069,04. Ini terjadi setelah dua hari sebelumnya indeks tergelincir di zona merah.

Sebanyak 321 saham tercatat menguat, sedangkan 292 lainnya melemah, dan 192 saham tidak mengalami perubahan. Aktivitas transaksi tergolong tinggi, dengan nilai mencapai Rp 15,32 triliun. Volume saham yang berpindah tangan mencapai 24,57 miliar dalam 1,46 juta kali transaksi.

Mengutip data dari Refinitiv, sebagian besar sektor mencatatkan penguatan. Sektor bahan baku menjadi penopang utama dengan kenaikan 3,62%. Diikuti oleh sektor kesehatan yang naik 1,46% dan properti yang tumbuh 1,09%. Namun, dua sektor masih bergerak di zona merah yakni sektor finansial yang turun 1,2% dan sektor utilitas yang melemah 0,81%.

Saham PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi kontributor terbesar terhadap kenaikan IHSG hari ini. Emiten yang berada dalam jaringan konglomerasi Salim ini menyumbang 15,79 poin ke indeks, setelah mencatat kenaikan harga saham sebesar 7,22%. Selain itu, saham MBMA menyumbang 7 poin dan MDKA menyumbang 4,83 poin.

Meski IHSG naik, kondisi pasar keuangan diperkirakan masih dalam fase volatilitas tinggi. Hal ini tidak lepas dari berbagai indikator ekonomi yang menunjukkan pelemahan di dalam negeri.

Dari sisi domestik, terdapat sejumlah sinyal peringatan. Terjadi deflasi dalam indeks harga konsumen (IHK), surplus neraca perdagangan yang sangat tipis hingga nyaris defisit, serta kontraksi yang berlanjut pada sektor manufaktur. Semua indikator ini menunjukkan bahwa pemulihan ekonomi nasional belum berada pada titik yang kokoh. Pemerintah diharapkan segera menggelontorkan insentif ekonomi guna mendongkrak daya beli dan aktivitas industri.

Di sisi eksternal, ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina kembali meningkat. Situasi ini membuat investor global lebih berhati-hati. Tak hanya itu, laporan terbaru Economic Outlook dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) juga menambah kekhawatiran.

Laporan OECD memperingatkan bahwa ekonomi global menghadapi tantangan serius. Hambatan perdagangan, kondisi keuangan yang semakin ketat, kepercayaan konsumen yang merosot, serta ketidakpastian arah kebijakan menjadi faktor utama perlambatan.

OECD memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan menurun dari 3,3% pada 2024 menjadi 2,9% pada 2025. Angka tersebut diperkirakan tetap bertahan di 2,9% pada tahun 2026. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Kanada, Meksiko, dan Tiongkok akan mengalami perlambatan paling signifikan. Negara lain juga tidak luput dari dampaknya, meski dalam skala yang lebih kecil.

Pertumbuhan ekonomi di Amerika Serikat diperkirakan turun dari 2,8% pada 2024 menjadi 1,6% pada 2025, lalu 1,5% pada 2026. Sementara itu, ekonomi Tiongkok diprediksi melambat dari 5,0% di tahun 2024 menjadi 4,7% pada 2025, dan turun lagi menjadi 4,3% pada 2026.

Untuk Indonesia, OECD memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 4,7% pada 2025 dan hanya naik sedikit menjadi 4,8% pada 2026. Penurunan ini menjadi pengingat bahwa walau IHSG naik hari ini, kekuatan fundamental ekonomi masih perlu dibenahi.

WhatsApp Channel Banner

Info terbaru di Whatsapp Channel

Kembali ke atas