Ekonomi Indonesia 2025: Antara Tantangan dan Peluang di Era Prabowo
Beritagosip.com – Dalam beberapa bulan terakhir, kekhawatiran tentang ekonomi Indonesia semakin mencuat. Banyak pihak menyoroti melemahnya penerimaan pajak, penurunan belanja negara, serta gejolak di pasar modal. Namun, apakah semua itu menandakan Indonesia berada di ambang krisis? Atau justru ada sisi lain yang menunjukkan kondisi ekonomi masih terkendali?
Pasar Modal vs Ekonomi Riil
Ketika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penurunan, muncul anggapan bahwa ekonomi nasional dalam bahaya. Padahal, situasi di lapangan tidak selalu mencerminkan kondisi pasar modal.
Sebagai contoh, pada awal 2025, IHSG turun 3% dalam satu minggu, memicu kepanikan di kalangan investor. Namun, harga beras tetap stabil di kisaran Rp12.000 per kg, bahkan lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai Rp15.000 akibat El Nino. Ini membuktikan bahwa fluktuasi pasar modal tidak selalu berdampak langsung pada ekonomi rakyat.
Hal serupa terjadi di 2020, saat pandemi Covid-19 mengguncang ekonomi. Meskipun IHSG anjlok hingga 3.900, lonjakan harga kebutuhan pokok serta meningkatnya PHK justru memperlihatkan tantangan di sektor riil. Ini menunjukkan bahwa kondisi pasar modal tidak bisa dijadikan satu-satunya indikator kesehatan ekonomi.
Penerimaan Pajak dan Belanja Negara: Waspada atau Strategi?
Penurunan penerimaan pajak hingga 40% di awal 2025 memang perlu diperhatikan. Namun, penyebab utama kondisi ini bukan semata-mata karena melemahnya ekonomi, melainkan turunnya harga komoditas ekspor unggulan seperti batu bara dan minyak kelapa sawit (CPO).
Situasi serupa pernah terjadi pada 2015 di era Jokowi, saat penerimaan pajak turun akibat anjloknya harga komoditas. Namun, konsumsi domestik tetap stabil dan ekonomi tidak memasuki krisis. Di 2025, pemerintah tetap menjaga daya beli masyarakat dengan program bantuan sosial dan stabilisasi harga pangan.
Selain itu, strategi penghematan anggaran sebesar Rp293 triliun telah dilakukan untuk mengurangi belanja birokrasi yang tidak produktif. Pemotongan ini mencakup perjalanan dinas dan pengadaan barang mewah di kementerian. Langkah ini bukan berarti ekonomi melemah, tetapi lebih ke arah efisiensi fiskal.
Kebijakan Strategis Pemerintah
Beberapa kebijakan pemerintah yang berdampak nyata bagi rakyat di antaranya:
- Program Makan Bergizi Gratis
Sebanyak 82 juta anak sekolah dan ibu hamil mendapatkan makanan bergizi dengan anggaran Rp447 triliun per tahun. Langkah ini diharapkan menekan angka stunting dan meningkatkan produktivitas generasi mendatang. - Investasi Infrastruktur Energi
Pemerintah membangun kilang minyak baru dengan kapasitas 1 juta barel per hari di Kalimantan dan Sulawesi. Ini bertujuan mengurangi impor BBM dan membuka lapangan kerja bagi tenaga lokal. - Stabilitas Harga Pangan
Harga beras di Indonesia saat ini lebih stabil dibandingkan negara lain seperti Filipina dan Thailand, yang mengalami lonjakan akibat gangguan rantai pasok global. Dengan stabilnya harga pangan, daya beli masyarakat tetap terjaga.