Beritagosip.com – Ledakan dahsyat dan kebakaran mengguncang pelabuhan Shahid Rajaei di Iran selatan pada Sabtu (26/4/2025). Menurut laporan BBC, jumlah korban tewas hingga Minggu (27/4/2025) tercatat sebanyak 14 orang, sementara lebih dari 750 orang lainnya mengalami luka-luka.
Pelabuhan Shahid Rajaei, yang disebut-sebut berhubungan dengan pengiriman bahan kimia untuk pembuatan propelan rudal, menjadi pusat perhatian. Iran sendiri tidak mengonfirmasi adanya kaitan antara pelabuhan tersebut dan aktivitas militer.
Awalnya, korban tewas dilaporkan hanya empat orang. Namun, Mehrdad Hasanzadeh, pejabat manajemen bencana provinsi setempat, memperbarui jumlah korban tersebut.
Ledakan terjadi bersamaan dengan pertemuan antara Iran dan Amerika Serikat di Oman. Pertemuan ini merupakan putaran ketiga negosiasi terkait program nuklir Iran. Meski belum ada pernyataan resmi dari Iran bahwa ledakan itu merupakan serangan, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyatakan, “Dinas keamanan kami dalam keadaan siaga tinggi mengingat upaya sabotase sebelumnya.”
Selama beberapa jam setelah kejadian, pihak berwenang Iran tidak memberikan penjelasan pasti soal penyebab ledakan. Mereka menyangkal keterkaitan dengan industri minyak nasional.
Perusahaan keamanan swasta Ambrey melaporkan bahwa pelabuhan tersebut menerima kiriman bahan bakar roket natrium perklorat pada bulan Maret. Bahan bakar ini dilaporkan dikirim dari China melalui dua kapal, sebagaimana diungkapkan dalam laporan Financial Times pada Januari.
Pengiriman bahan bakar itu bertujuan untuk mengisi kembali persediaan rudal Iran yang menipis setelah konfrontasi dengan Israel selama konflik di Jalur Gaza. Ambrey mengungkapkan, kebakaran terjadi akibat penanganan yang tidak tepat atas bahan bakar padat tersebut.
Data pelacakan kapal yang dianalisis oleh The Associated Press menunjukkan bahwa salah satu kapal pengangkut bahan kimia itu berada di sekitar lokasi pada bulan Maret. Iran hingga kini belum mengakui telah menerima kiriman tersebut, dan Misi Iran untuk PBB tidak memberikan komentar.
Tidak jelas alasan Iran menyimpan bahan kimia itu di pelabuhan. Pengalaman ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut tahun 2020, yang menewaskan lebih dari 200 orang, seharusnya menjadi peringatan.
Selama ini, Israel diketahui menargetkan fasilitas rudal Iran. Target tersebut termasuk lokasi pencampuran bahan bakar padat untuk rudal.
Rekaman media sosial memperlihatkan asap merah mengepul sebelum ledakan besar terjadi di Shahid Rajaei. Asap tersebut mengindikasikan keterlibatan senyawa kimia dalam ledakan.
“Mundur, mundur! Suruh truk gas itu pergi!” teriak seorang pria dalam video amatir. “Suruh dia pergi, truk itu akan meledak! Ya Tuhan, ini meledak! Semua orang mengungsi! Mundur! Mundur!” serunya panik.
Pada Sabtu malam, kantor berita resmi Iran IRNA melaporkan bahwa Administrasi Bea Cukai Iran menyalahkan tumpukan bahan berbahaya dan bahan kimia di area pelabuhan atas insiden tersebut. Namun, rincian lebih lanjut tidak disampaikan.
Pelabuhan Shahid Rajaei sebelumnya pernah menjadi sasaran serangan siber pada tahun 2020, yang dikaitkan dengan Israel. Insiden itu terjadi setelah Israel mengklaim berhasil menggagalkan serangan siber yang menargetkan infrastruktur air mereka, yang dituduhkan berasal dari Iran.
Hasanzadeh menyampaikan kepada televisi pemerintah bahwa ledakan bersumber dari kontainer di pelabuhan Shahid Rajaei. Namun, penjelasan rinci tidak diberikan. Selain itu, laporan juga menyebutkan keruntuhan bangunan akibat ledakan, tanpa informasi tambahan.
Kementerian Dalam Negeri Iran menyatakan bahwa mereka telah meluncurkan penyelidikan resmi atas ledakan ini. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, turut menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan keluarga yang terdampak.
Pelabuhan Shahid Rajaei berada di provinsi Hormozgan, sekitar 1.050 kilometer di tenggara Teheran. Lokasinya terletak di dekat Selat Hormuz, jalur strategis tempat sekitar 20% perdagangan minyak dunia melewati setiap harinya.

Info terbaru di Whatsapp Channel