6 Tanda Ekonomi Indonesia Sedang Lesu pada Kuartal I-2025

Potret Pekerja

Jangan Lengah! Ini 6 Tanda Ekonomi RI Dalam Kondisi Lesu

Beritagosip.comEkonomi Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Data terbaru kuartal I-2025 menunjukkan tanda-tanda perlambatan serius yang tak bisa diabaikan.

Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan menyebut kontraksi konsumsi pemerintah sebagai faktor utama lesunya ekonomi saat ini. Ia menegaskan bahwa Presiden Prabowo telah mengetahui permasalahan tersebut dan segera bertindak. Percepatan belanja negara disebut sebagai kunci utama pemulihan.

Namun, bukan hanya konsumsi pemerintah yang jadi sorotan. Perlambatan konsumsi rumah tangga, investasi yang belum optimal, tekanan ekspor akibat situasi global, serta pertumbuhan wilayah yang belum merata juga menjadi masalah besar.

Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun menambahkan bahwa pemerintah harus segera memetakan sektor-sektor yang mengalami penurunan. Menurutnya, ini krusial untuk mengungkit pertumbuhan ekonomi kembali ke atas 5% pada kuartal berikutnya.

Berikut enam indikator utama yang menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia sedang dalam tekanan:

1. Pertumbuhan Ekonomi RI Melemah

Pertumbuhan ekonomi kuartal I-2025 tercatat hanya 4,87%. Angka ini turun dari 5,02% pada kuartal sebelumnya dan jauh dari 5,11% pada kuartal I-2024.

Pemerintah sebelumnya menggantungkan harapan pada konsumsi rumah tangga dan investasi, namun realisasi menunjukkan angka pertumbuhan yang di bawah ekspektasi. Bahkan, konsumsi pemerintah mengalami kontraksi sebesar -1,38%. Padahal pada tahun lalu tumbuh tinggi karena momen pemilu.

2. Aktivitas Manufaktur Berkontraksi

Data PMI manufaktur dari S&P Global menunjukkan angka 46,7 pada April 2025. Ini menjadi kontraksi pertama sejak November 2024. Bahkan, performa ini adalah yang terburuk sejak Agustus 2021.

Penyebabnya tidak lepas dari dampak perang dagang global serta tarif resiprokal tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump. Kondisi ini menekan industri dan menimbulkan kekhawatiran.

3. PHK Massal Kembali Terjadi

Setelah industri tekstil, kini sektor perhotelan turut terdampak. Pemerintah mengurangi anggaran kegiatan pertemuan, menyebabkan hotel kehilangan pendapatan signifikan.

Banyak pekerja terkena PHK, terutama yang bekerja di hotel dengan fokus pada kegiatan MICE (meetings, incentives, conventions, exhibitions).

4. Warga Memilih Menabung daripada Belanja

Data dari Bank Indonesia menunjukkan peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) dalam bentuk tabungan perorangan selama Ramadan.

Fenomena ini menjadi anomali, mengingat konsumsi biasanya meningkat saat Ramadan dan Lebaran. Justru, masyarakat kini memilih menahan belanja dan menyimpan uang.

5. Terjadi Deflasi Dua Bulan Berturut-Turut

BPS mencatat deflasi pada Januari dan Februari 2025 masing-masing sebesar 0,76% dan 0,48%. Ini merupakan kejadian langka menjelang Ramadan.

Kepala BPS menegaskan bahwa deflasi terjadi bukan karena daya beli menurun, melainkan dampak diskon tarif listrik 50%. Meskipun demikian, deflasi tetap menjadi sinyal waspada terhadap kestabilan ekonomi domestik.

6. Penjualan Mobil Menurun

Penjualan mobil nasional turun 1,99% pada Maret 2025 dibandingkan bulan sebelumnya. Jika dibandingkan Maret tahun lalu, penurunannya mencapai 5,12%.

Penurunan ini menjadi indikasi kuat bahwa kelas menengah mulai terdampak. Banyak yang kini lebih memilih menabung atau memenuhi kebutuhan primer ketimbang membeli mobil.

Pengamat otomotif Yannes Pasaribu mengungkapkan bahwa angka pemudik 2025 yang turun 24,34% dibanding 2024 menjadi sinyal awal tekanan ekonomi.

Menurutnya, daya beli masyarakat menurun dan preferensi belanja berubah. Mobil, sebagai kebutuhan tersier, kini ditunda pembeliannya.

WhatsApp Channel Banner

Info terbaru di Whatsapp Channel

Kembali ke atas