Beritagosip.com – Homo sapiens, manusia modern, merupakan satu-satunya spesies dari kelompok manusia purba yang masih bertahan hingga saat ini. Padahal, jutaan tahun lalu, setidaknya 18 spesies hominin pernah menghuni bumi dan berjalan dengan dua kaki.
Sekitar 300.000 tahun yang lalu, ada sembilan spesies Homo yang tersebar di Afrika, Eropa, dan Asia. Beberapa di antaranya yaitu Neanderthal, Denisovan, dan Homo erectus. Namun kini, hanya Homo sapiens yang masih ada. Bahkan, Neanderthal dan Denisovan sempat hidup berdampingan dengan kita. Sisa DNA mereka masih dapat ditemukan pada tubuh sebagian manusia modern.
Tapi waktu berbicara lain. Sekitar 40.000 tahun lalu, Homo sapiens menjadi satu-satunya spesies hominin yang bertahan.
Awal Keunggulan: Berjalan dengan Dua Kaki
Menurut William Harcourt-Smith, paleoantropolog dari Lehman College dan American Museum of Natural History, langkah awal untuk memahami keunggulan Homo sapiens adalah bipedalisme — kemampuan berjalan dengan dua kaki. Ini bukan hal baru. Ardipithecus, spesies awal yang hidup 4,4 juta tahun lalu, sudah bisa berjalan tegak. Kemampuan itu diwarisi oleh Australopithecus yang muncul 2 juta tahun kemudian.
Namun bipedalisme belum cukup. Spesies-spesies awal seperti Ardipithecus dan Paranthropus tetap punah, meskipun bisa berdiri dan berjalan seperti manusia. Paranthropus bahkan memiliki adaptasi khusus untuk mengunyah makanan keras, seperti gigi besar dan rahang kuat.
“Selama ratusan ribu tahun, Homo dan Paranthropus hidup di habitat yang sama,” kata Harcourt-Smith. “Namun pada akhirnya, Homo yang bertahan.”
Otak Besar, Perbedaan Besar
Yang membedakan Homo dari pendahulunya adalah otak yang jauh lebih besar. Kapasitas ini memungkinkan munculnya kemampuan berpikir kompleks, membuat alat, membangun tempat tinggal, dan menggunakan api. Mereka juga membuat senjata lempar dan mungkin mulai memiliki konsep penghormatan terhadap kematian.
“Ada spesialisasi alat,” jelas Harcourt-Smith. “Mereka berinteraksi lebih canggih dengan lingkungan.” Ini membuat Homo memiliki fleksibilitas dalam bertahan hidup dan menyesuaikan diri terhadap perubahan.
Mengapa Hanya Kita yang Bertahan?
Jika banyak spesies Homo punya otak besar, kenapa hanya Homo sapiens yang selamat? Menurut Harcourt-Smith dan Elizabeth Sawchuk, ahli evolusi dari Cleveland Museum of Natural History, jawabannya tidak tunggal. Lingkungan, kompetisi, populasi kecil, dan kebetulan menjadi faktor kunci.
“Populasi kecil rentan punah karena bencana, wabah, atau perubahan iklim,” jelas Harcourt-Smith. “Keberuntungan juga berperan.”
Namun yang benar-benar membedakan Homo sapiens adalah fleksibilitas budaya. Kita tidak hanya beradaptasi secara biologis, tetapi juga melalui teknologi, budaya, dan organisasi sosial.
“Kita belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan berbeda lewat cara hidup yang adaptif,” tambah Sawchuk.
Bertemu Neanderthal dan Denisovan
Setelah keluar dari Afrika, Homo sapiens mulai bertemu Neanderthal dan Denisovan di Asia dan Eropa. Mereka kawin silang, dan hasil DNA-nya masih bisa dilacak di sebagian keturunan manusia modern. Meski ada interaksi, Homo sapiens yang pada akhirnya menguasai.
Apakah kita menyebabkan kepunahan spesies lain? Mungkin iya, karena kompetisi sumber daya dan ekspansi kita bisa jadi tekanan besar bagi spesies lain. Tapi perubahan iklim juga turut memperparah keadaan.
Lucunya, meski Neanderthal lebih cocok untuk iklim dingin, Homo sapiens justru lebih sukses bertahan selama zaman es di Eropa.
Kita Hampir Punah Juga
Menariknya, Homo sapiens sendiri pernah hampir punah. Analisis genetik dari 3.000 individu menunjukkan bahwa antara 813.000 hingga 930.000 tahun lalu, populasi Homo menurun drastis jadi hanya sekitar 1.300 individu, dan kondisi itu berlangsung lebih dari 100.000 tahun.
Pelajaran dari Evolusi
Cerita bertahannya Homo sapiens merupakan kombinasi dari kecerdasan, kemampuan sosial, teknologi, dan keberuntungan. Tidak ada satu faktor tunggal. Kemampuan kita untuk bekerja sama dan belajar dari lingkungan adalah kunci utama.
“Kelangsungan hidup kita tidak dijamin,” tegas Sawchuk. “Fleksibilitas dan kerja sama sangat penting untuk masa depan.”

Info terbaru di Whatsapp Channel