Benarkah Sayuran Goreng Tetap Bergizi? Ini Penjelasan Lengkap Ahli Gizi

Kol Goreng

Beritagosip.com – Sayuran seperti kol goreng, terong goreng, hingga brokoli goreng kini makin populer sebagai pelengkap hidangan. Baik di warung makan hingga restoran, sajian ini mudah dijumpai.

Padahal, sayuran dikenal sebagai sumber nutrisi yang penting untuk dikonsumsi setiap hari. Kementerian Kesehatan RI menyarankan anak-anak usia balita hingga sekolah mengonsumsi buah dan sayur sebanyak 300-400 gram per hari. Untuk remaja dan orang dewasa, idealnya 400-600 gram per hari.

Namun, bagaimana jika sayuran tersebut disajikan dengan cara digoreng? Apakah kandungan gizinya masih tetap bertahan? Ahli Gizi Olivia Gresya, S.Gz, menjelaskan fakta di baliknya.

Kandungan Gizi Sayur Goreng

Menurut Olivia, proses memasak sayur dengan cara digoreng memengaruhi nilai gizinya secara signifikan. Ia menyebut bahwa beberapa zat gizi bisa rusak akibat suhu tinggi selama penggorengan.

“Beberapa vitamin dalam sayur bisa rusak karena panas yang tinggi,” ujar Olivia saat diwawancarai. Ia juga menambahkan bahwa kadar air dalam sayur akan menurun saat digoreng, namun kalori justru meningkat.

“Sayuran pada dasarnya rendah kalori. Tapi kalau digoreng, apalagi dengan metode deep frying, pasti kalori naik karena minyak yang diserap,” jelasnya.

Tak hanya soal kalori, proses menggoreng juga berdampak pada kandungan vitamin di dalam sayuran. Olivia menegaskan bahwa vitamin A, C, dan B kompleks—termasuk B1, B2, B6, dan folat—dapat berkurang atau bahkan hilang.

“Vitamin-vitamin penting itu rentan rusak jika terkena panas tinggi,” tambahnya.

Secara keseluruhan, ia menyimpulkan bahwa menggoreng sayur akan menurunkan kualitas gizinya secara menyeluruh.

“Menggoreng bisa mengurangi nilai gizi, menurunkan vitamin dan mineral, serta menambah lemak yang masuk ke tubuh,” kata Olivia.

Risiko Kesehatan dari Sayur Goreng

Lebih lanjut, Olivia memperingatkan bahwa konsumsi sayuran goreng dalam jumlah besar atau terlalu sering dapat berdampak buruk bagi tubuh.

“Jika dikonsumsi berlebihan atau terlalu sering, efeknya jelas tidak baik bagi tubuh,” ungkapnya.

Efek negatif tersebut berkaitan dengan tingginya kalori akibat penyerapan minyak saat proses menggoreng. Kalori yang meningkat berisiko memicu berbagai masalah kesehatan.

“Asupan kalori tinggi bisa menaikkan berat badan. Kalau terus terjadi, ini bisa memicu overweight dan obesitas,” jelas Olivia lagi.

Masalahnya bukan hanya dari kalorinya saja. Minyak yang digunakan juga bisa memperparah kondisi jika sudah dipakai berulang kali.

“Minyak bekas yang warnanya sudah berubah menjadi gelap atau hitam, bisa mengandung lemak jahat. Terutama lemak jenuh dan lemak trans,” ujarnya.

Kandungan lemak tersebut, menurut Olivia, bisa meningkatkan risiko penyakit serius seperti kolesterol tinggi dan gangguan jantung.

WhatsApp Channel Banner

Info terbaru di Whatsapp Channel

Kembali ke atas