Kue Semprong Gepeng Tante Yuta: Inovasi Dari Tradisi ke Pasar Global

kue semprong

Beritagosip – Kue Semprong Gepeng Tante Yuta: Tradisi Bertemu Inovasi

Berbeda dari bentuk gulungan atau lipatan pada umumnya, Yuta Endang Pujiastuti (60), seorang pelaku UMKM asal Semarang, menciptakan kue semprong dalam bentuk pipih atau gepeng. Ide ini tidak hanya menarik perhatian lokal tetapi juga berhasil menembus pasar internasional.


Awal Perjalanan: Menghidupkan Resep Kuno kue semprong

Tante Yuta, begitu ia akrab disapa, memulai usaha kue pada 2017. Dengan memanfaatkan resep peninggalan ibunya, ia menciptakan inovasi yang kini menjadi ciri khas produknya.

“Mocaf, tepung yang berasal dari singkong, membuat tekstur kue ini lebih renyah. Kami juga membuatnya pipih agar berbeda dari kue semprong tradisional,” ujar Yuta di rumah produksinya di Jatingaleh, Semarang.

Yuta menemukan resep tersebut dalam sebuah buku masakan kuno milik ibunya. Awalnya, kue ini hanya disajikan untuk keluarga dan kerabat dekat. Namun, dorongan dari teman-temannya untuk menjual produk ini akhirnya mendorong Yuta merintis usaha kuliner.


Inovasi dalam Resep Lama

Yuta memilih mengganti terigu dengan tepung mocaf untuk memberikan keunggulan pada produknya. Tepung ini tidak hanya lebih sehat tetapi juga ramah bagi penderita diabetes dan anak-anak dengan autisme. Berkat inovasi tersebut, kue semprongnya berhasil meraih juara pertama di Lomba Ketahanan Pangan Kota Semarang pada 2018.

Selain bahan, Yuta juga memperkenalkan bentuk pipih pada kue semprongnya. Pilihan ini memberikan daya tarik tersendiri, sekaligus memudahkan proses pengemasan dan konsumsi.

“Kami menawarkan lima varian rasa: original, bumbu steik, teh ginger, cheese, dan coconut. Meskipun begitu, rasa original tetap menjadi favorit pelanggan,” jelas Yuta.


Menembus Pasar Internasional

Dengan dukungan dari Rumah BUMN BRI, Yuta berhasil memperluas pemasaran produknya hingga ke luar negeri. Kue semprong gepeng ini sudah diekspor ke Kanada, Jepang, dan Singapura.

“Kami pernah mengirim lebih dari 1.000 pcs ke Kanada. Sampel produk juga sedang diproses untuk pasar Jepang. Dukungan dari berbagai pihak sangat membantu kami,” ungkapnya.

Menurut Yuta, keberhasilan ini tidak lepas dari semangat pantang menyerah dan kemampuan berinovasi. Bagi Yuta, kue semprong gepeng tidak sekadar produk makanan, tetapi juga simbol pelestarian tradisi.


Kombinasi Tradisi dan Modernisasi

Koordinator Rumah BUMN Semarang, Endang Sulistiawati, menilai inovasi seperti kue semprong gepeng Tante Yuta sebagai bukti bahwa produk lokal memiliki potensi bersaing di pasar global.

“Kami berkomitmen membantu UMKM untuk go modern, go digital, hingga go global. Kue semprong gepeng ini menunjukkan bahwa produk tradisional dapat beradaptasi dengan kebutuhan pasar internasional,” ujar Endang.

Dari sudut pandang akademis, Pakar Ekonomi Universitas Diponegoro, Esther Sri Astuti, memuji penggunaan tepung mocaf sebagai langkah inovatif. Menurutnya, kombinasi bahan sehat dan bentuk yang unik meningkatkan daya saing produk di pasar modern.

“Kue semprong gepeng Tante Yuta menjadi contoh bagaimana tradisi dapat diangkat menjadi unggulan kompetitif di pasar global,” kata Esther.


Kesimpulan

Kue semprong gepeng Tante Yuta dengan bentuk khas, rasa autentik, dan bahan sehat kini menjadi kebanggaan Indonesia di pasar internasional. Inovasi ini tidak hanya menjaga tradisi tetapi juga memperkuat posisi UMKM lokal di kancah global.

Kembali ke atas