Cara Singapura, China, Taiwan, dan Korsel Cegah Brain Drain

Cara negara Asia cegah brain drain
Banner GIOK4D

Strategi Negara Asia Mencegah Brain Drain

Beritagosip.com – Tagar #KaburAjaDulu ramai dibicarakan di media sosial, menggambarkan keinginan sebagian masyarakat untuk mencari peluang hidup lebih baik di luar negeri. Jika fenomena ini terjadi secara masif, Indonesia bisa mengalami brain drain, yakni hilangnya tenaga kerja terampil ke negara lain.

Beberapa negara Asia telah lama menghadapi tantangan serupa. Namun, mereka berhasil menerapkan berbagai strategi jitu untuk mempertahankan warganya yang berbakat. Berikut kebijakan Singapura, Korea Selatan, Taiwan, dan China dalam mencegah warganya “kabur” ke luar negeri.

1. Singapura: Scholarship Bond System

Singapura menerapkan sistem beasiswa berikat untuk memastikan lulusan terbaik tetap berkontribusi bagi negaranya. Pemerintah menawarkan beasiswa prestisius, seperti Public Service Commission (PSC) Scholarship dan President’s Scholarship, bagi mahasiswa yang kuliah di universitas elite dunia.

Sebagai gantinya, penerima beasiswa wajib bekerja di Singapura selama beberapa tahun setelah lulus. Jika mereka ingin keluar dari kontrak, mereka harus mengembalikan biaya beasiswa secara penuh, yang bisa mencapai ratusan ribu dolar.

Strategi ini tidak hanya mencegah brain drain tetapi juga membangun loyalitas nasional di kalangan profesional muda.

2. Korea Selatan: Investasi di Pendidikan dan Teknologi

Korea Selatan memilih pendekatan berbeda dengan mengembangkan universitas riset yang fokus pada sains dan teknologi. Langkah ini bertujuan menciptakan peluang dalam negeri bagi para ilmuwan dan insinyur berbakat.

Beberapa inisiatif utama yang diterapkan:

  • Pendirian KIST (Korea Institute of Science and Technology) pada 1966 untuk mengurangi ketergantungan terhadap tenaga ahli asing.
  • KAIST (Korea Advanced Institute of Science and Technology) yang didirikan pada 1971 dengan model pembelajaran dari MIT (Massachusetts Institute of Technology).
  • Kemitraan KAIST dengan perusahaan besar seperti Samsung, Hyundai, dan LG, yang menghasilkan inovasi global seperti teknologi layar OLED.

Dengan strategi ini, Korea Selatan mampu membangun ekosistem inovasi, menciptakan industri berteknologi tinggi, serta mengurangi brain drain.

3. Taiwan: Hsinchu Science Park (HSP)

Taiwan mengatasi brain drain dengan menciptakan pusat inovasi berteknologi tinggi bernama Hsinchu Science Park (HSP) pada 1980. Kawasan ini disebut sebagai Silicon Valley-nya Taiwan dan menjadi pusat industri semikonduktor dan elektronik.

Beberapa kebijakan HSP untuk mempertahankan tenaga ahli:

  • Insentif pajak dan pendanaan dari pemerintah bagi perusahaan teknologi.
  • Kolaborasi dengan universitas top, seperti National Tsing Hua University, untuk memasok tenaga kerja ahli.
  • Menarik kembali ilmuwan Taiwan yang bekerja di luar negeri dengan gaji tinggi dan fasilitas riset canggih.

Hasilnya, Taiwan kini menjadi pemimpin global dalam industri cip dan manufaktur elektronik, dengan perusahaan seperti TSMC (Taiwan Semiconductor Manufacturing Company) memproduksi lebih dari 50% cip canggih dunia.

4. China: Thousand Talents Program (TTP)

China menggunakan strategi agresif dengan Thousand Talents Program (TTP) sejak 2008, yang bertujuan menarik kembali ilmuwan dan insinyur asal China dari luar negeri.

Keuntungan yang ditawarkan bagi peserta TTP:

  • Gaji tinggi dan hibah penelitian besar.
  • Tunjangan perumahan serta fasilitas penelitian berstandar internasional.
  • Kesempatan bekerja di proyek-proyek inovatif seperti AI, bioteknologi, dan semikonduktor.

Banyak ilmuwan China yang sebelumnya bekerja di Google, MIT, dan Microsoft akhirnya kembali untuk memimpin pengembangan teknologi di perusahaan seperti Huawei, Alibaba, dan Tencent.

Kesimpulan: Peran Penting Pemerintah dalam Mencegah Brain Drain

Dari strategi keempat negara ini, terlihat bahwa mencegah brain drain membutuhkan intervensi pemerintah yang kuat, termasuk:

  • Menawarkan insentif finansial dan karier bagi tenaga ahli.
  • Membangun infrastruktur riset dan pendidikan berkualitas.
  • Menjalin kemitraan erat dengan industri teknologi.
  • Menciptakan lapangan kerja berkualitas tinggi agar tenaga terampil tidak tergoda pindah ke luar negeri.

Indonesia bisa belajar dari kebijakan ini untuk mempertahankan tenaga kerja terampil dan mendorong mereka berkontribusi bagi kemajuan dalam negeri.

GIOK4D SLOT GACOR KLIK DISINI

Banner GIOK4D
Kembali ke atas
× 🎯 SLOT GACOR HARI INI! KLIK DI SINI!