Beritagosip.com – Rencana Prancis untuk mengakui negara Palestina pada Juni 2025 memicu reaksi tajam dari Israel. Gideon Saar, Menteri Luar Negeri Israel, melontarkan kritik keras terhadap Presiden Emmanuel Macron yang menyampaikan rencana itu secara terbuka.
Saar menyebut langkah pengakuan tersebut sebagai “hadiah” bagi aksi terorisme dan menyindir bahwa tindakan sepihak semacam ini akan berdampak buruk bagi stabilitas kawasan. Dalam unggahannya di platform X, Rabu (9/4), ia menyatakan bahwa pengakuan atas negara Palestina yang disebutnya “fiktif” akan mendorong kelompok seperti Hamas.
Menurut Saar, pengakuan semacam itu tidak akan mendekatkan perdamaian. Ia bahkan menegaskan bahwa keamanan dan stabilitas di kawasan akan semakin menjauh. Kecaman itu muncul di tengah meningkatnya jumlah negara yang mendukung eksistensi Palestina sebagai negara merdeka.
Hingga kini, hampir 150 negara telah mengakui Palestina. Irlandia, Norwegia, dan Spanyol menyatakan dukungan mereka pada Mei 2024. Slovenia pun menyusul pada Juni tahun yang sama. Banyak pihak menilai bahwa pengakuan ini sebagai bentuk respons atas bombardir Israel di Gaza, setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Namun, jika Prancis melanjutkan langkahnya, negara tersebut akan menjadi kekuatan utama Eropa pertama yang memberikan pengakuan resmi terhadap negara Palestina. Ini menjadi langkah penting, meski ditentang Amerika Serikat yang selama ini menjadi sekutu dekat Israel.
Dalam wawancaranya dengan France 5, Macron menegaskan bahwa Prancis berniat melangkah ke arah pengakuan dalam beberapa bulan ke depan. Ia menyebut bulan Juni sebagai waktu potensial untuk melangsungkan pengakuan tersebut, kemungkinan besar dalam forum konferensi PBB di New York.
Macron juga menyinggung rencana kerja sama dengan Arab Saudi dalam memimpin konferensi pengakuan bersama. Langkah ini ditargetkan dapat mengonsolidasikan dukungan dari beberapa negara sekaligus.
“Langkah ini akan memungkinkan Prancis untuk secara tegas melawan mereka yang menolak keberadaan Israel, seperti Iran,” tegas Macron. Ia juga menyatakan bahwa Prancis tetap berkomitmen terhadap keamanan kolektif di kawasan.
Selama ini, Prancis mendukung solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik panjang antara Israel dan Palestina. Pendekatan tersebut terus diusung, termasuk pasca-serangan Hamas yang mengguncang Israel pada Oktober 2023.