Kasus Dokter PPDS Anestesi Picu Trauma Pasien dan Krisis Kepercayaan Medis

dokter PPDS Unpad

Trauma Pasien dan Ketakutan Publik: Geger Kasus Pemerkosaan oleh Dokter PPDS Anestesi di Bandung

Beritagosip.com Kasus dugaan pemerkosaan oleh dokter Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) anestesi, Priguna Anugrah Pratama, mengguncang dunia medis. Pengamat kesehatan menyebut tindakan ini mencoreng nama baik profesi kedokteran. Kepercayaan publik terhadap tenaga medis dan rumah sakit pun menurun drastis.

Profesi dokter seharusnya menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Namun, kejadian ini justru menimbulkan kecemasan. Beberapa pasien mulai curiga bahwa mereka bisa saja pernah dilecehkan saat berada di bawah pengaruh obat bius.

Seorang perempuan bernama Rina (nama samaran), mengungkapkan ketakutannya. Ia pernah dibius total dan merasa cemas bahwa dirinya mungkin juga menjadi korban di masa lalu.

“Kejadian ini memicu kecemasan saya lagi. Saya pernah dibius total dan jadi mikir apa saya pernah mengalaminya lagi?” ujarnya.

Polda Jawa Barat menyebut bahwa Priguna telah memerkosa tiga korban dalam waktu berdekatan. Ia menggunakan obat bius saat melakukan kejahatannya. Atas perbuatannya, tersangka dijerat dengan Pasal 64 KUHP dengan ancaman hukuman maksimal 17 tahun penjara.

Tes Kesehatan Mental Akan Diwajibkan untuk PPDS

Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa peserta PPDS nantinya akan diwajibkan menjalani tes kesehatan mental. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi kemungkinan kelainan kejiwaan sejak dini. Pernyataan ini muncul setelah polisi menyebut tersangka memiliki kelainan perilaku seksual.

Kronologi Kejadian di RSHS Bandung

Kejadian ini berlangsung di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Pada 18 Maret 2025 pukul 01:00 WIB, korban FA sedang menjaga ayahnya yang dirawat. Ia diminta oleh tersangka untuk melakukan tes crossmatch.

Priguna membawa korban ke IGD di gedung MCHC lantai 7. Ia juga meminta agar korban tidak ditemani oleh adiknya. Setelah tiba di lantai 7, korban diminta berganti pakaian dengan baju operasi.

Tersangka kemudian membius korban menggunakan midazolam. Obat penenang ini biasa digunakan sebelum operasi. Setelah korban tak sadarkan diri, Priguna melakukan pemerkosaan.

Sekitar pukul 04:00 WIB, korban terbangun dan kembali ke IGD. Saat buang air kecil, ia merasakan sakit pada bagian kelaminnya. Rasa sakit itu membuatnya curiga. Ia langsung menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya.

Keluarga korban segera melapor ke polisi. Setelah dilakukan penyelidikan, polisi menangkap tersangka pada 23 Maret 2025.

Bukan Sekali, Tapi Tiga Kali

Direktur Ditreskrimum Polda Jawa Barat, Surawan, menjelaskan bahwa perbuatan tersangka tidak terjadi sekali. Ia memerkosa korban lain pada 10 dan 16 Maret 2025. Kedua korban merupakan pasien di RSHS.

Pelaku diduga memilih tempat yang belum sepenuhnya digunakan di rumah sakit sebagai lokasi kejahatannya. Polisi menyebut adanya indikasi kelainan seksual pada tersangka.

“Motifnya semacam punya fantasi sendiri. Senang kalau orang mungkin pingsan. Nanti kami lakukan visum psikiatrikum,” ujar Surawan.

Masyarakat Butuh Jaminan Keamanan Medis

Kasus ini membuat masyarakat khawatir dengan keamanan di fasilitas medis. Banyak yang merasa trauma dan tidak nyaman saat diperiksa oleh dokter, khususnya laki-laki. Rasa aman pasien menjadi sorotan utama setelah kasus ini terungkap.

Perlu ada langkah nyata dari pihak rumah sakit dan pemerintah. Pengetatan seleksi calon dokter, pengawasan ketat terhadap praktik kedokteran, serta dukungan psikologis untuk korban menjadi hal yang mendesak dilakukan.

Kembali ke atas
× 🎯 SLOT GACOR HARI INI! KLIK DI SINI!
🎉 Nikmati pengalaman bermain seru dan fair play di GIOK4D!