Apa yang perlu disiapkan untuk berlari?
Selain badan yang sehat, persiapan pertama yang dibutuhkan adalah motivasi. Bentuk motivasi ini berupa tujuan personal yang bisa dimanifestasikan dalam berbagai macam hal. Dari menjaga kebugaran dan imunitas tubuh, meraih capaian terbaik seperti catatan waktu atau target jarak, melawan malas gerak atau mager, hingga menjadi versi terbaik bagi diri sendiri dan mencapai kebahagiaan diri.
Azizah Alkhatami (25), pekerja kantoran di Jakarta, yang akrab disapa Tami, merasakan berlari adalah salah satu sumber kebahagiaan. Saat pikirannya runyam atau suasana hatinya buruk, berlari membuatnya senang kembali.
Setelah memahami motivasi, persiapan selanjutnya mulai berlatih dengan rutin dengan peralatan yang tepat untuk menghindari cedera. Berbicara peralatan ini, tak perlu mahal, tapi lebih mengacu pada fungsinya. Misalnya, sepatu lari disesuaikan dengan jenjangnya. Untuk pemula, maka tak perlu langsung ambisius membeli yang mahal karena yang terpenting adalah membangun kebiasaan melalui rutinitas latihan yang benar dan sesuai dengan motivasinya.
Setelah rutin berlatih, belajar untuk mendengarkan dan mengenali tubuh sendiri. Dengan kata lain, jangan memaksakan tubuh ketika sudah tak sanggup karena berpotensi cedera. Ini terjadi pada Tami ketika Borobudur Marathon 2023. Ia memaksakan diri meski telah diminta berhenti oleh panitia demi keamanan saat berada di kilometer 40-an, tapi ia terus dan berakhir cedera lutut kanan.
Latihan berlari bukan hanya sekadar lari saja di suatu tempat. Namun, bagi orang-orang yang mengingini bisa sampai ke berbagai acara maraton tingkat lokal maupun internasional, maka ada sejumlah jenis latihan dan hal-hal yang perlu diperhatikan.
Athifa Azka (23) berbagi latihan yang dijalaninya adalah lari lima kali dalam sepekan diimbangi dengan berbagai jenis latihan. Antara lain, speed session atau sesi kecepatan, latihan kekuatan, sampai latihan core. Ia juga mengatur jadwal untuk tetap latihan di tempat kebugaran dan juga mengambil kelas pilates.
Terapis olahraga dari Rumah Sakit Muhammadiyah Taman Puring Dimas Arifiandi juga menyampaikan, sesi latihan lari yang serius dengan target lomba tertentu disarankan untuk memiliki pelatih atau bergabung dengan komunitas yang punya sesi latihan serius dengan pengetahuan yang sesuai. Langkah ini perlu untuk menghindari cedera.
Di sisi lain, perlu juga pengendalian diri, misalnya tidak memaksakan diri untuk mencapai 5K atau 10K jika belum mampu. Juga jangan karena ikut-ikutan perlu ada program latihan yang tepat sesuai targetnya.
Apabila sudah menetapkan motivasi, menyiapkan peralatan, dan berlatih, maka sebagai pelari patut juga mengetahui cedera apa saja yang mungkin terjadi. Dimas menjelaskan ada dua hal yang umum terjadi, yaitu cedera otot dan juga cedera sendi. Cedera otot biasanya terpantik ketika seseorang memaksakan diri dan berlatih terlalu berlebihan. Sementara itu, cedera sendi terjadi justru karena kurangnya pemanasan hingga latihan.
Untuk pengobatannya, cedera otot bisa dengan terapi panas. Untuk cedera sendi, terapi yang dilakukan sebaliknya, yaitu terapi dingin. Cedera sendi biasanya ditunjukkan dengan adanya perubahan bentuk dan warna seperti bengkak atau memar.
Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga RS Muhammadiyah Taman Puring, dr Wawan Budisusilo, Sp.KO menambahkan, cedera lain yang kerap dialami pelari adalah heat stroke atau serangan panas, runner’s knee, pergelangan kaki terkilir, shin splints, dan ITBS (iliotibial band syndrome).
Hal ini bisa terjadi karena persiapan diri yang tidak tepat. Salah satunya melewatkan pemanasan, pendinginan, atau latihan kekuatan. Tidak hanya itu, penerapan teknik lari yang salah atau melupakan proses pemulihan seperti istirahat, hidrasi, dan pemenuhan protein juga berpotensi cedera.
Wawan meminta para pelari untuk tidak fear of missing out (FOMO). Di sisi lain, ketika sudah berhadapan dengan cedera perlu prinsip No HARM untuk mempercepat pemulihan. Artinya, orang yang cedera sebaiknya menghindari panas pada area yang cedera, tidak mengonsumsi alkohol agar bagian cedera tidak inflamasi, menghindari lari, tidak memijat selama tiga hari pertama. hokiwings
Selanjutnya, setelah pulih dari cedera, tetap mengukur diri. Tidak perlu terburu-buru melangkah ke jenjang lebih tinggi tanpa persiapan lagi yang memadai ketimbang mengalami cedera lagi yang parah. hokiwings