Lagu Bayar Bayar Bayar dari Sukatani Jadi Tema Demo ‘Indonesia Gelap’ – Ini Alasannya
Beritagosip.com – Lagu “Bayar Bayar Bayar” milik band punk Sukatani mendadak viral setelah digunakan sebagai lagu tema aksi Indonesia Gelap pada Jumat (21/02). Lagu ini diduga menyindir institusi kepolisian, sehingga akhirnya ditarik dari peredaran. Namun, alih-alih tenggelam, lagu ini justru semakin populer dan dinyanyikan dalam demonstrasi.
Mengapa Lagu Ini Jadi Simbol Demo?
Sejak aksi Indonesia Gelap dimulai pada Kamis (20/02), lirik lagu ini terus terdengar di berbagai titik aksi. Ratusan demonstran bahkan berteriak serempak saat lagu ini diputar melalui pengeras suara. Liriknya yang berisi kritik tajam terhadap praktik birokrasi di kepolisian, seperti:
“Mau bikin SIM bayar polisi, ketilang di jalan bayar polisi. Mau korupsi, bayar polisi. Mau gusur rumah, bayar polisi.”
Lirik ini langsung menarik perhatian publik dan menjadi simbol perlawanan dalam aksi tersebut.
Salah satu peserta aksi, Pasha (24 tahun), menegaskan bahwa apa yang dialami Sukatani bisa terjadi pada siapa saja. “Jangan sampai kita kalah karena mereka punya uang, senjata, dan hukum. Kita harus bersatu,” serunya di hadapan para demonstran.
Sukatani Dipaksa Minta Maaf?
Sukatani merupakan duo musik punk dari Purbalingga, Jawa Tengah, yang terdiri dari Muhammad Syifa Al Lufti (gitaris) dan Novi Citra Indriyati (vokalis). Mereka dikenal sering memakai topeng saat tampil.
Namun, setelah lagu mereka viral dan dianggap menyindir institusi kepolisian, mereka mengunggah video permintaan maaf melalui media sosial. Dalam video tersebut, mereka tidak lagi memakai topeng seperti biasanya. Lagu mereka juga dihapus dari berbagai platform musik.
Banyak yang menduga permintaan maaf tersebut terjadi di bawah tekanan. Tagar #KamiBersamaSukatani pun sempat trending di X, dengan banyak musisi dan aktivis yang menyoroti kasus ini sebagai ancaman terhadap kebebasan berekspresi.
Apa Kata Pihak Kepolisian?
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan bahwa pihaknya tidak anti-kritik dan menganggap kritik sebagai bahan evaluasi. “Mungkin ada miskomunikasi, tapi sudah diluruskan,” ujarnya pada Jumat (21/02).
Namun, di sisi lain, Divisi Propam Polri mengonfirmasi telah memeriksa empat personel Ditressiber Polda Jateng terkait video permintaan maaf yang diunggah Sukatani.
Musisi dan Aktivis Angkat Suara
Banyak musisi turut bersuara terkait kasus ini. Alby Moreno, vokalis band punk rock MCPR, menilai bahwa lagu ini justru menemukan “rumahnya” dalam demonstrasi.
“Sebagai musisi, kita menulis kegelisahan yang kita rasakan. Dan lagu ini jelas mewakili keresahan banyak orang,” ujarnya.
Sementara itu, Amnesty International Indonesia mendesak Kapolri untuk mengusut dugaan tekanan terhadap Sukatani. Direktur Eksekutif Amnesty, Usman Hamid, menilai bahwa permintaan maaf tersebut terjadi bukan karena sukarela.
Sejarah Panjang Sensor dalam Musik
Kasus Sukatani mengingatkan banyak pihak pada masa Orde Baru, di mana musisi seperti Iwan Fals dan Rhoma Irama pernah mengalami pembungkaman serupa.
Menurut pengamat musik Wendi Putranto, represi terhadap kebebasan berekspresi ini justru bisa menjadi “bumerang”. “Upaya menarik lagu dan memaksa permintaan maaf malah memperluas perlawanan,” katanya.
Dengan semakin viralnya lagu ini, apakah justru publik akan semakin lantang bersuara? Bagaimana menurutmu?