Sekolah Unggulan Garuda Tak Pakai Sistem Zonasi, Fokus pada Inklusi & Prestasi

Stella Christie

Sekolah Unggulan Garuda Tak Pakai Sistem Zonasi, Fokus pada Inklusi & Prestasi

Beritagosip.comWakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Stella Christie menyatakan bahwa Sekolah Unggulan Garuda tidak akan menerapkan sistem zonasi dalam proses penerimaan siswa. Menurutnya, mekanisme penerimaan akan berlangsung secara terpusat. Setelah seleksi, siswa yang terpilih akan disebarkan ke berbagai sekolah unggulan berasrama di sejumlah daerah.

“Tidak akan digunakan sistem zonasi khusus untuk sekolah Garuda. Karena di sekolah Garuda penerimaan siswa akan dilakukan di pusat. Setelah itu kami akan sebarkan sehingga siswa-siswanya itu bisa sungguh bercampur di daerah Nabire, di Soe, ataupun di Belitung Timur,” ujar Stella dalam sesi media briefing di Kantor Kemendikti Saintek, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (17/5/2025).

Dijelaskan pula bahwa pemerintah menetapkan dua asas dalam proses seleksi, yaitu kondisi ekonomi dan prestasi akademik. Sebanyak 80 persen siswa akan menerima beasiswa penuh, sementara 20 persen sisanya akan membayar secara mandiri.

“Kenapa berbayar? Karena kita juga ingin supaya mereka berbaur. Anak-anak yang dari ekonomi menengah atau ekonomi bawah harus juga bisa mengerti dan berteman dengan anak-anak dari ekonomi atas dan sebaliknya,” terang Stella.

Ia menekankan bahwa Sekolah Garuda bersifat inklusif. Pemerintah membuka akses selebar-lebarnya bagi seluruh siswa Indonesia, tanpa memandang latar belakang ekonomi maupun asal wilayah. Stella juga menolak anggapan bahwa sekolah ini eksklusif.

“Saya rasa sangat sulit kita bilang ini sekolah eksklusif, tapi dibangunnya di Nabire Papua Tengah atau dibangunnya di Belitung Timur. Tentu saja tidak (eksklusif), ini sekolah yang sangat inklusif,” tegasnya.

Lebih lanjut, akses yang setara juga diberikan kepada siswa penyandang disabilitas. Tidak ada kuota khusus yang disediakan. Namun seluruh siswa akan mendapatkan akses yang seimbang dalam proses seleksi dan pembelajaran.

“Jadi tidak ada perbedaan, tapi memang ada pemikiran bahwa itu harus bisa sangat inklusif. Apakah akan ada kuota khusus (untuk disabilitas) begitu? Tidak, tidak akan ada kuota khusus. Karena ini diberikan akses penyeimbang untuk semuanya,” ujar Stella.

Sebagai informasi, Kemendikti Saintek berencana membangun 40 sekolah unggulan hingga tahun 2029. Sekolah-sekolah tersebut akan berdiri di berbagai provinsi, baik melalui pembangunan baru maupun pengembangan dari sekolah yang sudah ada.

Sekolah Garuda akan menggunakan Kurikulum IB (International Baccalaureate) dan memberikan pendidikan gratis bagi siswa yang lolos seleksi. Hal ini ditujukan untuk memberikan akses pendidikan berkualitas tinggi bagi seluruh pelajar di Indonesia.

Saat ini, terdapat 12 SMA/MA Unggul Garuda Transformasi yang telah dirilis dan tersebar di 11 provinsi. Dari jumlah tersebut, 4 sekolah berada di Pulau Jawa dan masuk dalam daftar 1.000 sekolah terbaik versi nilai UTBK 2022.

WhatsApp Channel Banner

Info terbaru di Whatsapp Channel

Kembali ke atas