Timnas Malaysia Boyong 7 Naturalisasi, FAM Dikritik Keras
Beritagosip.com – Timnas Malaysia mendapat kritik setelah Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) berencana merekrut tujuh pemain naturalisasi sekaligus jelang laga melawan Vietnam di Kualifikasi Piala Asia 2027. Langkah ini dianggap menunjukkan ketergantungan berlebihan pada pemain asing dan melupakan pengembangan pemain muda di dalam negeri.
Naturalisasi Besar-besaran Menuai Kontroversi
Rencana ini terungkap setelah pemilik klub Johor Darul Ta’zim (JDT), Tunku Mahkota Ismail Sultan Ibrahim, menyatakan bahwa Malaysia akan menambah tujuh pemain naturalisasi sebelum menghadapi Vietnam pada 10 Juni mendatang.
Keputusan ini langsung menuai kritik, salah satunya dari pengamat olahraga Malaysia, Sadek Mustaffa. Ia menilai FAM telah kehilangan arah dan lebih mengandalkan pemain asing daripada membangun bakat lokal.
“FAM menyatakan naturalisasi adalah inisiatif jangka pendek dan mereka akan fokus pada pengembangan pemain. Namun, yang kami lihat hanyalah ketergantungan yang berlebihan pada naturalisasi,” kata Sadek, dikutip dari New Straits Times.
Kritik Tajam terhadap FAM
Sadek menegaskan bahwa sepak bola Malaysia dalam kondisi mengkhawatirkan karena minimnya perhatian pada pemain muda. Ia juga menyoroti keputusan FAM yang menghapus Piala MFL U-23, turnamen yang sebelumnya menjadi wadah bagi pemain muda untuk berkembang.
“Sepertinya FAM telah melupakan perannya dalam mengembangkan pemain dan malah fokus pada naturalisasi. Mungkin FAM harus pindah dari Kelana Jaya dan bermarkas di luar negeri karena perhatian utamanya tampaknya adalah mencari pemain asing untuk mewakili Malaysia,” tegasnya.
Menurutnya, situasi ini bisa membuat pemain muda kehilangan motivasi karena merasa tidak memiliki peluang besar untuk menembus tim nasional.
Naturalisasi, Solusi atau Ketergantungan?
Naturalisasi pemain memang bukan hal baru dalam sepak bola. Beberapa negara, termasuk Indonesia dan Qatar, juga memanfaatkan pemain keturunan atau naturalisasi untuk memperkuat timnas mereka. Namun, perbedaan mencolok terjadi pada cara pengelolaannya.
Malaysia dianggap terlalu bergantung pada naturalisasi tanpa memperkuat sistem pengembangan pemain lokal. Jika tren ini terus berlanjut, regenerasi pemain bisa terhambat, dan masa depan sepak bola Malaysia berisiko tidak memiliki fondasi kuat.